Ilustrasi/Net
GENIAL.ID. Tulisan ini merupakan bagian terakhir dari tiga tulisan sebelumnya.

Untuk bagian pertama, silakan klik: Konsep Iman dalam Filsafat Iluminasi Islam.

Untuk bagian kedua, silakan Klik: Ilmu dalam Pandangan Filsuf Iluminasionis Islam

Untuk bagian ketiga, silakan klik: Ciri-ciri Mukmin Perspektif Filsafat Iluminasi Islam

***

Imam di era dan hingga hari kiamat adalah Imam Mahdi yang dinubuatkan oleh literatur hadis dari berbagai mazhab. Diperkirakan terdapat 7.000 hadis tentang Imam Mahdi dalam kitab-kitab syiah yang secara kuantitas melampui hadis-hadis tentang pentingnya salat misalnya.

Keyakinan terhadap imam Mahdi (mesianisme) ini adalah miliki seluruh mazhab Islam dan bahkan miliki seluruh agama-agama samawi. Diskursus Imam Mahdi  (mesianisme)  masuk dalam sub struktur pembahasan Filsfat Iluminasi  (isyraq). Tuhan yang menjadi sumber. Tuhan yang memulai dengan baik dan Tuhan juga akan mengakhiri dengan baik pula yaitu dengan mengutus Imam Mahdi.  

Iman atas eksistensi manusia suci seperti imam Mahdi tidak lepas dari diskursus eskatologi dan propetik dalam Filsafat Iluminasi dan memiliki keterkaitan dengan doktrin insan kamil dalam irfan, (شيرازی n.d.)juga dapat dilihat dari  kesamaan fisik, hereditas, dan misi dengan Rasulullah saw. Gagasan itu juga diterima oleh kalangan ahlusunnah dalam bentuk yang berbeda. Ahlu sunnah terutama di kalangan ahli tarekat dan tasawuf silsilah tharekatnya bersambung dengan imam.    

Imamah  kepemimpinan di dunia dan di akhirat yang bimbingan terus berlanjut sampai sekarang. Okultasi (gaybah) imam Mahdi tidak menghentikan proses bimbingan tersebut. Mulla Sadra meminjam analogi  ̶  perihal okultasi (gaybah)  ̶  hangatnya sinar matahari yang menerpa setiap makhluk di bumi meskipun tertutup awan tebal.(شيرازی n.d.) Tuhan telah mengawali dengan baik dan juga akan mengakhiri dengan baik pula dengan mengutus keturunan dari nabi Muhammad sendiri yang memiliki ciri-ciri fisik seperti Nabi Muhammad SAW yang pernah mengalammi okultasi yang juga dialami oleh Nabi Muhammad dan nabi-nabi sebelumnya.   

Kesimpulan

Orientasi baru dari Filsafat Islam yaitu Filsafat Iluminasi Islam  memberikan pencerahan baru tentang konsep iman. Dengan metodenya yang komprehensif filsafat ini dapat memetakan epistemologi mazhab-mazhab Islam dan memberikan evaluasi sekaligus tawaran integral dan holistik.  Meraih ‘iman’ ̶  diferensia (fashl) hakiki  insan  ̶  tidak mudah bagi mereka yang tidak pernah mengenal jiwanya dan diperbudak syahwat dan setan. Ciri dari iman versi Filsafat Iluminasi itu adalah ketakwaan, rasional, memiliki keterkaitan dengan disiplin Islam lainnya dan selalu mengafirmasi dengan wahyu. Disstingsi lainnya yaitu iman  ̶  paralel dengan doktrin insan kamil  ̶   yang memberikan eksoteris dan esoteris secara langsung atau tidak langsung.   

Iman persenyawaan manusiawi dan  Ilahiyah.  Iman upaya batin manusia untuk menggapai keilahian;  merangkak ke haribaan Ilahi untuk mengimitasi-Nya (tasyabuh billah).   Iman tidak menghilangkan sifat-sifat manusiawi. Iman rajutan yang akan memperkuat maqam-maqam spiritual yang lain.  

Kaum tekstualis yang mengakses keyakinan dengan beristidlal atas teks-teks lahiriyah baik dari al-Quran atau hadis rentan dengan perubahan keyakinan. Yang tidak disadari mereka juga menggunakan pikiran dalam menganalisa, memilih, menginventarisir dalil, memilah (tarjih) dalil, mengkomparasikan dalil-dalil, menyimpulkan dan merujuk kepada para ulama di saat ada hal-hal yang ambigu serta sebagainya. Iman kaum tekstualis adalah proses awal untuk meraih iman yang hakiki dan bukan perhentian terkahir. Imam versi filsafat Iluminasi membutuhkan aktifitas ilmu dan amal dan juga kewaspadaan dengan keburukan-keburukan jiwa rendah dan juga jebakan-jebakan setan.

Iman dalam konsep Filsafat iluminasi memang bukan hal yang mudah diraih membutuhkan proses pengetahuan yang benar dan penyucian jiwa. Namun setelah melewati proses pengetahuan dan penyucian akan tersingkaplah hakikat yang disaksikan oleh jiwanya yang mengantarkan penyatuan ilmu dan amal. Ilmu yaitu iman dan amal dan amal itu adalah iman itu sendiri. [***]

 

Nano Warno

Dosen Filsafat di Sekolah Tinggi Filsafat Islam (STFI) Sadra Jakarta


 

 

You may also like