GENIAL.ID. Jembatan Youtefa di Kota Jayapura tak hanya menjadi simbol kemajuan pembangunan infrastruktur, tetapi juga menjadi salah satu bukti pemerataan pembangunan di kawasan timur Indonesia. Selama ini, Papua tercatat sebagai provinsi yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, tetapi pembangunannya paling tertinggal. Kekayaan alam yang dimiliki Papua tak sebanding dengan kemajuan pembangunan dan kesejahteraan masyarakatnya.
Jembatan Youtefa memberi harapan baru bagi kemajuan pembangunan di Bumi Cenderawasih. Kehadiran jembatan ini dapat mempersingkat waktu tempuh dari Jayapura ke Distrik Muara Tami dan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Skow, daerah perbatasan Indonesia dengan Papua Nugini. Sebelum Jembatan Youtefa dibangun, perjalanan dari Kota Jayapura menuju Distrik Muara Tami menempuh jarak sejauh 35 km dengan waktu tempuh sekitar 1 jam. Namun, dengan melewati Jembatan Youtefa, jaraknya menjadi sekitar 12 km dengan waktu tempuh sekitar 20 menit.
Jembatan dengan bentang utama mencapai 732 meter dan lebar 21 meter ini berada di Teluk Youtefa. Salah satu keunikan Jembatan Youtefa adalah desain dan teknis kontruksinya. Berbeda dengan jembatan-jembatan pada umumnya yang perakitanya dilakukan di lokasi jembatan, Jembatan Youtefa tercatat sebagai jembatan pertama yang pelengkungnya (Continous Steel Arch Bridge) dibuat utuh di tempat lain kemudian dibawa ke lokasi.
Pembuatan dan perakitan bentang utama Jembatan Youtefa dengan tipe Box Baja Pelengkung dilakukan di PT PAL Indonesia, Surabaya. Produksi jembatan pelengkung di Surabaya bertujuan untuk meningkatkan aspek keselamatan kerja, meningkatkan kualitas pengelasan, dan mempercepat waktu pelaksanaan hingga tiga bulan.
Setelah selesai, bentang jembatan seberat 2000 ton dan panjang 112,5 m dikirim menggunakan kapal laut dengan menempuh perjalanan sejauh 3.200 kilometer dalam waktu 19 hari. Pemasangan bentang pertama dilakukan pada 21 Februari 2018 sedangkan bentang kedua dipasang pada 15 Maret 2018 dengan waktu pemasangan kurang lebih 6 jam.
Keunikan desain dan teknis kontruksi Jembatan Youtefa ini berhasil meraih dua rekor MURI (Museum Rekor Indonesia). Pertama, pembangunan jembatan pertama dengan plengkung dibuat utuh di tempat lain, lalu dibawa ke lokasi. Kedua, pengiriman jembatan rangka baja utuh dengan jarak terjauh dan pemasangan jembatan rangka baja utuh terpanjang.
Kemegahan Jembatan Youtefa tak hanya desain konstruksinya, tetapi juga aksesorisnya. Jembatan ini menggunakan 29 unit lampu ReachElite Powercore dan dikombinasikan dengan Vaya Flood RGB Medium Power sebanyak 125 unit. Gemerlap Jembatan Youtefa pada malam hari berasal dari pencahayaan pintar (intelligent color lighting). Sistem pencahayaan ini memungkinkan output cahaya yang dihasilkan bisa diprogram atau dikendalikan sesuai kebutuhan (fleksibel).
Fleksibelitas tersebut bisa dalam segi warna, tingkat terang (dimming), pemrograman, dan sebagainya. Intelligent color lighting dapat menghasilkan 16 juta kombinasi warna cahaya. Karena memiliki beberapa fleksibilitas tersebut, maka efek pencahayaan yang dihasilkan seperti warna dan tingkat terang bisa diatur sesuai dengan kebutuhan. "Termasuk di antaranya menyesuaikan dengan hari peringatan nasional, perayaan di tingkat lokal, atau event-event tertentu sebagai sarana komunikasi dengan warga," jelas Head of Integrated Communications Signify Indonesia, Lea Kartika Indra, 2019 lalu.
 Jembatan Youtefa menjadi sangat fenomenal, terutama untuk konteks kawasan timur Indonesia. Jembatan ini tak hanya sekedar bentangan besi dan beton yang menghubungkan dua daratan, tetapi juga mengandung beberapa makna. Pertama, Jembatan Youtefa sebagai bukti pemerataan pembangunan di kawasan timur Indonesia. Kedua, Jembatan Youtefa menyiratkan optimisme bagi kemajuan perekonomian masyarakat Jayapura dan sekitarnya. Ketiga, Jembatan Youtefa menunjukkan kemajuan keahlian anak bangsa dalam mendesain infrastruktur transportasi yang ikonik.
Selain Jembatan Youtefa, paling tidak terdapat tujuh jembatan ikonik dengan model desain kontruksi yang hampir sama, yaitu Jembatan Merah Putih (Maluku), Jembatan Bahteramas (Sulawesi Tenggara), Jembatan Tumbang (Kalimantan Tengah), Jembatan Pulau Balang (Kalimantan Timur), Jembatan Sei Alalak (Kalimantan Selatan), Jembatan Tano Ponggol (Sumatera Utara), Jembatan Kali Kuto (Jawa Tengah).
Desain konstruksi dan pencahayaan Jembatan Youtefa menjadi daya tarik dan nilai plus infrastruktur transportasi tersebut. Selain sebagai sarana lalu lintas kendaraan, Jembatan Youtefa akan menjadi destinasi wisata baru di Teluk Youtefa. Bahkan akan lebih menarik lagi jika teluk itu dikembangkan menjadi kawasan wisata air. Walikota Jayapura menyebutnya sebagai landmark Indonesia di kawasan pasifik. Keberadaannya menjadi ikon baru Jayapura.
Jembatan Youtefa yang megah dan unik itu menjadi salah satu wujud kerja keras Pemerintah dalam memajukan pembangunan melalui pengembangan potensi-potensi daerah, khususnya di daerah tertinggal. Pembangunan infrastruktur transportasi, seperti jalan arteri, jalan tol, pelabuhan, bandar udara merupakan bagian dari proyek strategis nasional, sama seperti infrastruktur sumber daya air, ketenagalistrikan, dan pariwisata.
Pembangunan infrastruktur transportasi tersebut tak hanya terkonstrasi di pulau Jawa, tetapi juga di pulau-pulau lain, seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, termasuk Papua. Jembatan Youtefa menjadi bukti makin luasnya jangkauan pembangunan di luar Jawa dan wujud keseriusan untuk memajukan Papua. Papua yang berpuluh-puluh tahun sarana transportasinya sangat terbatas, terus berangsur dibangun berbagai sarana, baik sarana darat, laut maupun udara.
Antusiasme dan optimisme masyarakat Papua tampak ketika Jembatan Youtefa diresmikan Oktober 2019. Masyarakat Papua pun bangga ketika gambar Jembatan Youtefa ada di pecahan uang Rp. 75.000 yang diluncurkan khusus dalam rangka 75 tahun Indonesia merdeka. Antusiasme, optimisme, dan kebanggaan itu akan lebih bermakna apabila berdampak positif terhadap indeks pembangunan manusia Papua. [***]
Ian Suherlan
Peneliti Policy Research Center (PRC)