Ilustrasi/Net
GENIAL.ID. Asumsi  para filsuf berbeda dengan asumsi kaum skripturalis tentang ilmu. Bagi para filsuf ilmu tidak terbatas atas apa yang tersimpan dalam memori lewat  pembacaan teks-teks suci tapi juga melalui diskursif dan pengalaman spiritual. Filsafat Iluminasi Islam lebih memprioritaskan pengetahuan langsung(Ernst 1999) Adagium Iluminasi mengatakan, siapa yang tidak dapat  menyingkapkan (kasyf), tidak memiliki ilmu.(علي الشيرواني 1427) Ilmu menurut mereka bukan kategori mental seperti yang diyakini fisafat aliran Yunani yang dilanjutkan oleh Ibnu Sina di periode-periode awal. Ilmu menurut Mulla Sadra adalah cahaya atau wujud aktual, non materi dan tidak tercampur dengan ketiadaan.(سبحانی 1379)

Para filsuf Iluminasi memandang wahyu tidak hanya sumber otoritatif dalam urusan agama tapi juga pengalaman kasyaf sempurna dari Nabi Muhammad saw yang menjadi neraca bagi setiap pengalaman spiritual yang lain.(سعیدرحیمیان 1383) Aliran filsafat iluminasi yang dikembangkan salah satunya oleh Mulla Sadra menekankan pentingnya ilmu. Mulla Sadra misalnya menegaskan mendekati Tuhan lewat ilmu itu lebih utama dari jalan ritual ibadah (Rustom 2012).   

Metode Meraih Iman

Berbeda dengan Immanuel Kant yang mengatakan, “Kita harus mengingkari  ilmu (makrifat) agar  dapat membukakan iman (Kant 1997),Mulla Sadra memperlihatkan bahwa iman itu identik dengan ilmu itu sendiri. (Obudiyyat 1385) Dalam Pandangan salah satu pendiri filsafat Iluminasi ini iman adalah rangkain dari ilmu yang tertinggi. Iman membutuhkan waktu dan proses. Tetapi tidak semua memiliki kesabaran untuk segera mendapatkan iman. Mendapatkan iman atas hal-hal menjadi keniscayaan dalam agama  dambaan setiap orang. Iman memberikan kebahagiaan yang sempurna tapi juga membutuhkan kapasitas (isti’dad) dan persiapan-persiapan.(شيرازی n.d.).  Iman adalah karunia dari Allah swt. Kedekatan dengan Allah swt harus menjadi perhatian yang seksama.

Iman ini membutuhkan metode spesial yang ketat. Metode itu menjadi bagian integral iman yang niscaya, tanpa itu iman hanyalah konsep kering yang paling lemah.  Metode meraih iman yang sempurna bukan dengan doktrinasi, pengajaran konseptual, taklid  tapi lewat penyucian jiwa (katarsis).(شيرازی n.d.) 

Jiwa adalah aktor utama dibalik iman itu. Jiwalah yang aktif (qiyam suduri) dan tidak pasif (infi’al) seperti cermin. Menurut Mulla Sadra langkah awal adalah mengenal jiwa itu sendiri (makrifat an-nafs). Adagium Mulla Sadra mengatakan, “Sesiapa yang mengenal dirinya akan mengenal tuhan. dan siapa yang mengenal tuhan akan mengetahui segala sesuatu.” (Reza Akbarian n.d.).Pengetahuan tentang jiwa kunci awal untuk melangkah menuju gerbang pengetahuan yang tertinggi, dan awal langkah untuk mengenal Tuhan. Dalam kitab Magnum Opusnya al-Hikmah Muta’aliyah ditegaskan siapa yang mengenal Tuhan akan mengenal segala sesuatu, (شيرازی 1981) karena Tuhan adalah sumber epistemologis, ontologis dan etis.

Maqam jiwa itu tak terbatas (infinite) dapat melampui segala kuiditas (mahiyah). Allah swt berfirman, Katakanlah  jika lautan itu menjadi tintanya dan  jika pohon-pohon yang ada dibumi itu dijadikan pena-pena. Jiwa juga dapat mewadahi  tanpa batas karena yang Sang Pembicara Wajibul Wujud tak memiliki batas.  Jiwa itu selalu disertai Sang Sebab  dalam bentuk yang sederhana (basith) dan komprehensif (jami’).

Syarat utama mengenal jiwa adalah menapaki perjalanan spiritual (sayr wa suluk,). Mengenal jiwa bukan hal yang mudah karena menjadi jaminan mengenal Tuhan.  Menapaki Perjalan Spiritual memiliki variasi yang berbeda dari aspek kualitas dan kuantitasnya. Tapi secara umum menjadikan ritual ibadah  baik yang wajib atau yang sunnah sebagian bagian penting dari perjalanan spiritual.(شيرازی n.d.)

Tokoh-tokoh aliran ini sangat disiplin menjalankan ritual-ritual syariat yang diyakini tidak hanya sebagai penghambaan kepada Tuhan, tapi juga jalan itu sendiri.  Mereka sudah terbebaskan dari dominasi syahwat. Suhrawardi terkenal dengan ritualnya yang sangat ketat dan konon sering puasa dengan berbuka seminggu sekali.

Prasyarat lain mengetahui jiwa adalah membersihkan jiwa dengan mengendalikan dari tarikan-tarikan kenikmatan-kenikmatan jasmani, kenikmatan syahwat. Ilmu ini diharamkan bagi yang masih suka menikmati kesenangan-kesenangan jasmani dan terjebak dalam tipu daya setan. Mulla Sadra menyebutkan tiga hal yang akan menodai jiwa yaitu kebodohan, terjebak dalam hasrat-hasrat liar dan di bawah pengaruh setan(شيرازی n.d.).  Iman juga dapat diperoleh dengan metode burhan namun ini berisiko mengalami fluktuasi dan mungkin saja tergradasi karena jiwa belum melebur dengan hakikat dan terbakar dalam api cinta Tuhan.(شيرازی 1981) 

Iman dengan metode yang ditawarkan oleh  Filsafat iluminasi mentransformasikan menjadi entitas  yang menyaksikan dan pada tingkatan yang tinggi melebur (fana) dengan-Nya dan sekaligus juga mencicipi hakikat-hakikat kebenaran mutlak yang bermanifestasi dalam kata dan titah, perbuatan dan asma-asma-Nya.(شيرازی n.d.). Dalam perspektif Filsafat Iluminasi Islam, iman adalah elixir yang mentransformasi manusia dari sperma menjijikan hingga cahaya gemerlap di semesta. Yang belum terbakar dengan iman masih memungkinkan untuk mengalami degradasi hingga menjadi entitas yang sangat rendah sekali. 

Iman bukan  di mental tapi menyebar di seluruh jiwa dan menyatu dengan amal. Disebut ilmu karena berada di lokus jiwa dan disebut amal karena menjadi tindakan jiwa yang spontan (malakah). Ilmu atau amal yang sempurna sedikit membutuhkan mediasi  (شيرازی n.d.) Pikiran dapat menjadi perantara ilmu. Ilmu yang diperoleh lewat pikiran dapat mengalami fluktuasi berbeda dengan ilmu yang langsung.  Ilmu lewat pikiran hanya sampai pada konsep Tuhan saja. Dalam hadis dikatakan bahwa seseorang akan menjadi musyrik ketika menyembah Tuhan yang ada dalam pikirannya……”.

Evaluasi atas Iman ahli Hadis

Menurut  para ahli hadis iman diperoleh dengan dua  cara  yaitu lewat pemahaman atas dalil dan kedua cara taklid. (شيرازی n.d.) Masyarakat awam beriman dengan cara taklid. Mereka meyakini  apa yang diyakini guru-guru mereka sendiri. Masyarakat awam merasa tidak perlu atau tidak mampu untuk mencari sendiri mendapatkan keyakinan dengan melakukan penelitian langsung. Orang awam lebih tentram mengandalkan ulama-ulama mereka.

Ahli hadis dan juga ahli fikih memiliki kedudukan penting di kalangan orang awam. Mereka dipandang  lebih otoritatif karena menyuguhkan dokumen hadis dan ayat dari Rasulullah saw secara tekstualis, dibanding para filsuf yang mengembangkan pendekatan rasionalis untuk mengeksekusi teori-teori mereka. Ahli hadis mereka adalah para ulama Islam yang banyak meriwayatkan dan meneliti tentang hadis, Mereka juga umumnya hapal sejumlah hadis-hadis dan dapat membedakan klasifikasi hadis meskipun dengan tipologi yang sangat terbatas .

Cara kedua memperoleh iman dengan memahami dalil-dalil (شيرازی n.d.). Cara ini ditempuh oleh para ulama Islam . Para ahli hadis mengklaim bahwa mendapatkan iman dengan mengakses langsung atas ayat-ayat al-Quran dan hadis-hadis yang shahih adalah cara yang paling benar, karena mendapatkan petunjuk langsung dari Rasulullah saw sendiri. Para ahli hadis sendiri tidak selalu ahli fikih. Yang ideal memang ahli hadis itu juga ahli fikih. Ahli hadis yang mencukupkan diri dalam disiplin  dan tidak meningkatkan levelnya menjadi ahli fikih  ̶  dalam pandangan filsafat Iluminasi  ̶  dianggap meremehkan potensi akal.

Membukakan  diri atas burhan yaitu metode filsafat memang  membutuhkan proses yang bertahap. Tahap yang awal menurut Ibn Sina adalah aktif dalam metode dialektika (jadal). Ahli hadis secara bertahap dapat mengupgade dirinya dengan belajar menjadi ahli fikih, kemudian menjadi ahli teolog dan menjadi ahli filsafat.  Tahapan-tahapan peralihan metode ini berjenjang dan proses penyempurnaan yang tidak menghilangkan kelebihan-kelebihan metode sebelumnya.

Mulla Sadra menjelaskan perbedaan ilmu-ilmu yang diraih lewat pembelajaran (ta’limiyah) dan ilmu-ilmu pemberian (laduniyah) yang diperoleh lewat penyaksian (kasyaf). (شيرازی n.d.) Menurutnya Filsafat yang  umum difahami oleh manusia memiliki keterbatasan-keterbatasan karena bertumpu pada metode rasional (burhan). Akal senjata ampuh yang selalu diandalkan oleh para filsuf puncaknya hanya bisa menyimpulkan wajibul wujud lewat kausalitas an sich.(شيرازی n.d.) Mulla Sadra tidak hanya mempertimbangkan kelemahan metode dialektika (jadal), tapi juga metode rasional (burhan).

Menurut Mulla Sadra hanya bertumpu pada akal  rentan dengan keraguan dan tidak memberikan ketenangan. Mulla Sadra mengatakan, “Mereka yang berpegang teguh kepada pikiran mereka an sich baik dengan secara langsung ( atau tidak langsung dengan perantara guru)  adalah pendekatan di luar hijab (wara hijab). Kelompok  para ahli akal seperti yang digambarkan oleh ayat  dalam surah Fushilat ayat 44 : “Mereka yang memanggil dari tempat yang jauh karena mereka menjadikan al-Haq itu jauh dari diri mereka dan di luar esensi mereka. “ (شيرازی n.d.)

Iman versi Filsafat  Iluminasi Islam

Tanpa iman menurut Suhrawardi, manusia tidak akan dapat memasuki alam mitsal (Zadeh, Kawandi, and Bikdeli 2016).Para filsuf mengklasifikasikan iman menjadi berbagai tingkat, yaitu iman dari aspek ilmu,  iman dari aspek amal dan iman dari aspek kalbu. Menurut Mulla Sadra, iman adalah tujuan yang akan mengantarkan kesempurnaan bagi manusia dan membawa dampak bagi kecerdasaan akal dan kecerdasan amal.  Mulla Sadra - seperti halnya Ibnu Miskawayh yang mengklaim setiap karaker utama terdiri dari karakter-karakter lain  yang mendukungnya juga memandang iman mengandung bagian-bagian yang inheren yaitu : ilmu (ma’arif), kondisi spiritual (ahwal),  dan amal. (شيرازی n.d.)  

Mulla Sadra mengatakan: “Iman itu dan juga maqam-maqam agama  yang lain dan ajaran-ajaran syariat dari penghulu para utusan ‘alayhi wa alihi wassalam mengandung tiga struktur: ilmu (ma’arif), kondisi spiritual (ahwal) dan amal. Ilmu yang melahirkan kondisi spiritual (ahwal) dan kemudian termanifestasi dalam amal.(شيرازی n.d.)  Struktur ini satu kesatuan yang tunggal dimana relasi sebab akibat terjadi di antara ketiganya.

Iman tidak sekedar teori yang terekam pikiran atau  pengetahuan konseptual tentang pilar-pilar keimanan. Iman adalah ilmu yang dalam yang pasti menggerakan amal. Kondisi spiritual (ahwal) yaitu jiwa yang terbebaskan dari dorongan-dorongan rendah: hasrat kepada dunia, popularitas, ingin membuat impresi, atau emosi negatif, kebencian dan sebagainya.  Jiwanya bersih dan tenang. Bagi maqam tertentu tertentu kondisinya terbalik yaitu amal dulu, kemudian ahwal lalu ilmu. Mulla Sadra mengatakan:  “Jiwa itu ibarat cermin,  yang akan dibersihkan oleh amal-amal dan  kemudian dijernihkan oleh kondisi spiritual (ahwal)  agar menjadi lokus bagi ilmu-ilmu.”(شيرازی n.d.)

Menurut Mulla Sadra, iman itu diskursus spekulatif. Amal-amal adalah buah dari spekulatif. (Ridhai n.d.) Mukasyafah yang tertinggi yaitu ilmu-ilmu (makrifat) keimanan dan  yang paling agungnya adalah makrifatullah, kemudian makrifat Asma-asma dan sifat-sifat-Nya. Seirama dengan Mulla Sadra, Suhrawardi mengatakan iman adalah ibadah kalbu. Suhrawardi mengatakan,  “Allah swt  mengutus para nabi agar insan yang sempurna dan tidak sempurna dan menengah dapat menyembah Allah swt; Yang Esa dan Maha Penguasa yang tidak ada wujud selain-Nya  Sebagaimana Allah swt berfirman, “Tidaklah Kuciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku, yang dimaksud dengan ibadah yaitu makrifat dan iman, sebab  amal akan gugur jika tidak disertai iman.”

Iman Syuhudi dan Iman Taklidi 

Iman syuhudi lebih tinggi derajatnya dari iman taklid. Imam syuhudi diperoleh setelah menjalankan ritual-ritual ibadah secara konsisten. Dalam tingkat tertentu  lebur (fana) dalam al-Haq.  Iman taklid  diperoleh lewat  berguru, membaca literatur atau analisa nalar. Iman seperti itu tidak menembus dan membekas di dalam jiwa. Iman taklid membutuhkan motivasi yang terus menerus dan bimbingan dari komunitas.  Imam taklidi, iman sebagian besar mayoritas muslim rentan juga dipengaruhi oleh  psikologi guru-guru mereka. (Bersambung. Bagian Pertama silakan Klik: Konsep Iman dalam Filsafat Iluminasi Islam )...     

Nano Warno

Dosen Filsafat di Sekolah Tinggi Filsafat Islam (STFI) Sadra Jakarta

You may also like