Ilustrasi
GENIAL.ID - Dalam sebuah majelis yang dihadiri oleh ribuan jamaahnya, Imam Ibnul Jauzy, menyampaikan lima buah perenungan, disaat ia menyadari ada munajatnya yang belum dikabulkan oleh Allah SWT. Buah perenungan sang Imam itu mengandung hikmah yang dalam bagi kita, disaat batin kita gundah menanti Allah SWT  mengabulkan doa.

Ada lima buah hikmah yang menjadi buah dari belum dikabulkannya doa oleh Allah ‘azza wa jalla, dalam pandangan ulama kharismatik tersebut.
Hikmah pertama, doa belum dikabulkan Allah sebagai proses pengujian bagi diri hamba yang bermunajat.

Sebagaimana telah lazim diketahui oleh setiap muslim, dunia adalah tempat ujian dan cobaan. Maka, dimanakah letak ujian dan cobaan itu, jikalau diri meminta semua yang diinginkan, lalu tidak sabar menanti dikabulkannya hajat yang diupayakan dan dimunajatkan. Padahal, ujian dan cobaan itu bila dilewati mengandung kebaikan untuk diri kita sendiri. Sebab, ujian itu merupakan sarana dihapuskannya dosa, dilimpahkannya pahala, dan tentu saja : mengundang keridloan Allah.

Hikmah kedua, doa belum dikabulkan Allah sebagai teguran bagi kita, untuk segera mengukur berapa banyak hak Allah sebagai pemilik diri ini yang telah kita tunaikan.

Sebagai pihak yang dimiliki, manusia seharusnya lebih banyak berpikir soal berapa banyak hak Allah yang telah ditunaikan melalui kewajiban-kewajiban yang kita laksanakan. Saking besarnya nikmat Allah serta kecilnya ketaatan dan kemampuan kita dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban kita kepada Allah, niscaya kita akan menemukan : betapa nikmat yang telah dilimpahkanNya lebih besar, daripada perintah-perintahNya yang sudah kita laksanakan.

Hikmah ketiga, doa belum dikabulkan Allah agar kita segera bertobat dari maksiat yang telah kita lakukan.

Terkadang, diri ini tidak sadar bahwasanya penghalang dari terijabahnya doa adalah maksiat kita sendiri. Bisa karena melalaikan shalat, belum membayar zakat, mengambil yang bukan hak, menyantap makanan dan minuman yang haram, atau lisan yang secara sengaja maupun tak sengaja telah menyakiti hati sesama.

Bila kita menafakuri kesalahan-kesalahan yang kita perbuat, niscaya kita akan menginsyafi bahwasanya belum terkabulnya doa juga merupakan momen untuk taubatan nasuha (tobat sebenar-benarnya tobat).

Hikmah keempat, doa belum atau tidak dikabulkan demi kebaikan kita sendiri.

Imam Ibnul Jauzy menjelaskan hikmah keempat dengan penuturan yang memukau. Beliau berkata,”…bisa jadi engkau meminta sesuatu yang engkau sendiri tidak tahu kesudahannya. Bisa jadi dengan kesusahan yang tengah menimpamu, engkau tak ubahnya anak kecil yang tengah sakit tenggorokan namun meminta manisan.” Kita mafhum bukan, jika tenggorokan kita infeksi justru akan bertambah akut bila kita mengonsumsi manisan.

Perumpamaan tersebut berkesesuaian dengan firman Allah dalam Qur’an surat Al Baqoroh (2) ayat 216, yang artinya : “…boleh jadi kalian membenci sesuatu, padahal sesuatu itu baik bagi kalian.”

Hikmah kelima, doa belum atau tidak diijabah agar tidak mengurangi pahala yang telah dilimpahkan Allah kepada kita.

Hikmah terakhir ini terkait dengan doa-doa yang kita panjatkan untuk memenuhi hajat duniawi kita. “Terkabulnya apa yang engkau minta dalam urusan dunia yang berlebihan itu sesungguhnya justru menurunkan derajat dan mengurangi perbendaharaan pahala.”nasihat Imam Ibnul Jauzy.

Karenanya, belum atau tidak terijabahnya doa itu justru merupakan karunia. Yaitu, ketetapan Allah untuk tetap menjaga perbendaharaan pahala yang telah dilimpahkanNya kepada kita. (Disarikan dari kitab Du’a Ar-Rasul karya Ust.Abdullah Hajjah).

Ternyata, dengan menyelami makna dari belum atau tidak diijabahnya doa, kita menemukan hikmah yang hakikatnya justru merupakan keberuntungan bagi diri. Bagaimana tidak, ternyata dengan tertundanya atau tertolaknya doa, justru terkandung penjagaan dan hidayah Allah ‘azza wa jalla, agar kita :

1.    Mendapatkan UJIAN sebagai sarana mendapatkan pahala dan meraih keridloan-Nya.
2.    Mendapatkan MOTIVASI untuk menyempurnakan kewajiban yang telah dilaksanakan dan melaksanakan kewajiban yang belum dilakukan, dalam rangka ibadah dan menunaikan hak-Nya.
3.    Mendapatkan PERINGATAN agar kita menghentikan maksiat dan segera melakukan taubatan nasuha.
4.    Mendapatkan yang LEBIH BAIK DAN BERMANFAAT dari apa yang dimohonkan.
5.    Mendapatkan PEMELIHARAAN dari Allah agar pahala untuk bekal hidup diakhiratNya yang kekal tidak berkurang atau menipis, sebab urusan hidup di dunia yang sementara. [**]

**Oleh:  A Eddy Adriansyah
Penulis adalah pembelajar dan keluarga besar Pesantren PERSIS 110 Manba'ul Huda. Tinggal di Portsmouth, Inggris.

 

You may also like