GENIAL.ID -Â Gelombang kedua pandemi Covid 19 menghantam Inggris pada Desember 2020. National lockdown berlaku juga di kota tempat saya bertinggal, Portsmouth. Shift pekerjaan saya berkurang drastis karenanya. Saya jadi banyak punya waktu luang, sehingga merasa perlu mencari kesibukan lain, selain pergi bekerja yang hanya membutuhkan effort 1-2 hari keluar rumah.
Untuk memanfaatkan waktu agar selalu produktif, juga untuk self healing sebab kondisi pandemi yang tak menentu di perantauan, saya kembali pada hobi saya (yang juga pernah jadi sarana mengais rejeki dulu), yaitu menulis artikel-artikel ringan, khususnya artikel how-to.
Selain menulis secara mengalir, nyaris tanpa terkonsep, ceritanya sih terilhami dari buku "Mengalir" yang ditulis Pramoedya Ananta Toer, saya juga berusaha untuk belajar menulis artikel panduan secara standar dan terkonsep, terinspirasi dari sebuah buku.
Buku inspiratif itu saya dapatkan dari Norrish Central Library, perpustakaan yang terletak di samping Balai Kota Portsmouth. Perpustakaan pusat ini tetap melayani pengunjung walaupun dalam limit yang sangat terbatas pada masa national lockdown ke-2 (12/2020). Keluar masuk juga tak sebebas sebelum pandemi. Ada protokol kesehatan yang berlaku ketat, juga formulir tracing yang harus diisi pengunjung.
Judul buku nan inspiratif itu adalah "Writing Short Stories and Articles" yang ditulis oleh Adele Ramet. Adele Ramet adalah seorang penulis yang rutin menulis untuk sejumlah majalah dan surat kabar terkemuka di Inggris dan Amerika Serikat. Beliau kerap menjadi tutor tamu dalam festival literasi yang cukup bergengsi di kawasan Inggris dan Eropa, yaitu Cheltenham Literature Festival.
Buku lain yang ditulis Ramet dan cukup berpengaruh di kalangan akademisi, peminat dunia kepenulisan dan literasi barat adalah buku "Creative Writing". Tidak hanya menjadi buku yang direkomendasikan kalangan pegiat literasi, buku ini juga masuk kategori national best seller dalam industri perbukuan di United Kingdom, yang mencakup wilayah Inggris, Skotlandia dan Irlandia pada pertengahan tahun 2000an.
**
Saat membaca buku "Writing Short Stories and Articles", saya memulainya dengan meneliti satu per satu daftar isi. Ini memang kebiasaan saya sejak lama. Selain untuk mengefektifkan waktu juga didorong oleh keinginan untuk segera menemukan bab, yang paling sesuai dengan kebutuhan dan keinginan.
Bila membaca buku bertema "how to", saya nyaris tak pernah membacanya secara berurutan dari bab pertama hingga bab terakhir. Langsung saja mencari bab yang judulnya sesuai dengan minat. Dan kali ini saya memulainya langsung dari bab kedua. Bab 2 dalam buku ini bertajuk "Constructing an Article". Dalam bahasa Indonesia artinya kira-kira bagaimana menentukan konstruksi atau susunan sebuah artikel.
Mengawali pembahasan pada bab 2, Ramet menjelaskan bahwa untuk membuat sebuah artikel, ada dua hal yang perlu dipertimbangkan oleh seorang penulis. Satu, topik apa yang akan ditulis. Dua, siapa yang akan membaca tulisan tersebut.
Dalam memilih topik, dianjurkan untuk menulis tentang sesuatu yang kita ketahui, daripada menulis sesuatu yang tak familiar atau tidak kita kuasai. Kita juga disarankan untuk menulis dengan maksud memberikan informasi, dengan gaya menghibur pembaca, ketimbang sekadar menulis untuk diri sendiri saja.
Guna memberi informasi dan menghibur pembaca, atensi sudah harus dibangun sejak paragraf awal. Kriteria paragraf pembuka yang baik untuk membangun atensi pembaca menurut Ramet adalah : pertama, pendek saja dan to the point ; kedua, memaparkan tentang topik sejak kalimat pertama : ketiga, memberi petunjuk tentang apa yang akan disampaikan selanjutnya dalam artikel.
**
Setelah saya menyimak beberapa website, ada dua artikel yang paragraf pembukanya menarik perhatian saya, sebab mendekati kriteria yang diajukan Ramet. Yang pertama dari artikel berjudul "9 Cara Membuat Kebiasaan Minum Kopi Lebih Menyehatkan", yang dimuat kompas.com dan ditulis oleh Ryan Sara Pratiwi, yang saya cuplik sebagai berikut :
"Menjadikan aktivitas minum kopi sebagai rutinitas sehari-hari tidak selamanya buruk bagi kesehatan kita. Kopi bahkan bisa bermanfaat untuk kesehatan. Tetapi bukan berarti kebiasaan minum kopi, apalagi berlebihan, juga bisa dibilang lebih baik untuk kita karena setiap tubuh memiliki kebutuhannya masing-masing. Nah, untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana membuat kebiasaan minum kopi lebih menyehatkan, simak beberapa cara berikut ini..."
Dari paragraf pembuka itu kita bisa mengetahui, topik apa yang akan dibahas dalam artikel, berikut ditujukan pada siapa artikel tersebut. Dari paragraf pembuka di atas, topik yang akan dibahas oleh penulis adalah tentang kebiasaan minum kopi yang menyehatkan. Sasaran pembacanya, saya perkirakan adalah mereka yang rutin ngopi atau mulai tertarik minum kopi secara rutin.
Penulis secara to the point mengemukakan asumsi bahwasanya minum kopi walaupun bisa berdampak buruk, tapi juga bisa bermanfaat bagi kesehatan, dalam mengawali tulisannya tersebut. Tentang apa yang bakal dikemukakannya kemudian, secara sekilas disinggung dalam kalimat penutup paragraf awal.
"...simak beberapa cara berikut ini."begitu kalimat terakhir penutup paragraf awal. Bagi pembaca seperti saya, kalimat itu mengandung ajakan sekaligus info singkat, bahwa yang akan dipaparkan kemudian dalam tulisan itu adalah, tips-tips tentang bagaimana kebiasaan minum kopi menjadi lebih menyehatkan. Â
**
Contoh berikutnya saya cuplik dari artikel berjudul "How To Combat Zoom Fatigue ?" (Bagaimana Mengatasi Kelelahan Karena Kegiatan Online Via Zoom), yang dimuat situs Harvard Business Review, dengan penulis Liz Fosslien dan Mollie West Duffy. Cuplikannya saya terjemahkan dari bahasa Inggris sebagai berikut :
"Jika anda menemukan diri anda lebih lelah daripada biasanya pada penghujung hari kerja, anda tidaklah sendirian. Dalam beberapa minggu ini, istilah "zoom fatigue" telah menjadi viral di kalangan pengguna sosial media. Pencarian istilah tersebut melalui search engine Google tampak terus berkembang sejak akhir maret lalu (maksudnya maret 2020, ketika awal pandemi terjadi). Mengapa kegiatan video calls terasa begitu melelahkan ? Berikut beberapa alasannya..."
Lewat paragraf pembuka diatas, penulis sudah berusaha memancing atensi pembaca, melalui diksi "zoom fatigue", satu jenis kelelahan secara fisik maupun psikis, yang rasanya dialami banyak orang setelah banyak kegiatan luring berganti menjadi daring, selama masa pandemi Covid 19 ini.
Artikel ini dari judul dan pemaparannya dalam paragraf pembuka, sepertinya ditujukan untuk rata-rata kita, baik dari kalangan pekerja maupun pelajar yang punya pengalaman sama, terhadap rutinitas daring melalui aplikasi zoom dan sejenisnya, yang tiba-tiba menjadi kelaziman pada masa-masa social distancing.
Sejak paragraf pertama, atensi pembaca telah digiring melalui diksi yang mewakili topik. Topik kekinian seperti "zoom fatigue" ini secara tak langsung menggambarkan juga cakupan pembaca yang menjadi sasaran penulis. Karena topiknya yang relevan, tentu saja cakupan pembacanyapun cukup luas.
Artikel yang dimuat dalam situs terkemuka Harvard Business Review ini adalah contoh yang sangat baik, bagi calon penulis yang ingin mengetahui artikel seperti apa, yang menyajikan paragraf pembuka yang sesuai dengan kriteria yang diajukan Ramet.
**
Itulah kira-kira pelajaran yang saya serap, dari bab 2 buku tentang bagaimana menulis cerita pendek dan artikel, yang ditulis oleh Adele Ramet dan menjadi acuan para penulis pemula hingga profesional di Inggris.
Beberapa poin pentingnya coba saya rangkum sebagai berikut :
Sebelum mulai menulis, tentukan dulu topik dan siapa pembaca yang kita tuju.
Pilihlah topik yang yang kita kuasai.
Menulislah dengan semangat berbagi pengetahuan.
Menulislah dengan gairah untuk menghibur diri dan calon pembaca, melalui rangkaian inspirasi yang kita sisipkan dalam informasi yang kita tulis.
Bangun atensi pembaca sejak paragraf awal dengan memerhatikan kriteria : buat paragraf yang tak terlalu panjang dan to the point ; paparkan tentang topik sejak kalimat pertama ; dan berikan petunjuk pada pembaca tentang apa yang akan disampaikan dalam paragraf selanjutnya.
Selamat mencoba bagi anda yang berminat. Mudah-mudahan kita bisa bersua lagi secepatnya, dalam bagian berikutnya dari rangkaian tulisan "Belajar Menulis Santuy". Salam literasi ! [**]
**Oleh:Â A Eddy Adriansyah
Penulis adalah pembelajar dan keluarga besar Pesantren PERSIS 110 Manba'ul Huda. Tinggal di Portsmouth, Inggris.